Jumat, 23 Januari 2015

Pelanggaran keadilan

 

NAMA  : REZA ABDIANSYAH
KELAS : 1EA17
NPM     : 19214149

IBD tentang kasus pelanggaran keadilan

Lawan Impunitas; Tuntaskan Kejahatan Penyiksaan


Peringatan Hari Internasional Mendukung Korban Penyiksaan 26 Juni 2014 di Sumatera Utara.

Masih langgengnya impunitas menyebabkan ketidak mungkinan baik secara de jure atau de facto dalam membawa pelaku pelanggar HAM untuk mempertanggung jawabkan dalam proses peradilan pidana, perdata, administratif, atau tindakan displiner karena mereka tidak tunduk pada apapun yang mungkin menjadikan mereka bisa ditangkap, didakwa, diadili dan jika ditemukan bersalah, dihukum dengan penghukuman yang tepat dan untuk memberikan reparasi bagi para korban kejahatan mereka.
Muncul dan langgengnya impunitas disebabkan dari kegagalan Negara memenuhi kewajibannya untuk memenuhi investigasi atas pelanggaran HAM selanjutnya mengambil langkah dan tindakan yang tepat terhadap para pelaku, khususnya dalam bidang hukum, dengan memastikan bahwa tersangka tindak kejahatan itu harus dituntut, diadili dan dihukum dengan tepat serta menyediakan bagi para korban upaya hukum yang efektif dan menjamin bahwa mereka menerima reparasi atas berbagai kerugian yang mereka derita sekaligus mengambil langkah penting lainnya demi mencegah keberulangan dari kejahatan tersebut.
Senada dengan konstitusi Pemerintah Republik Indonesia, negara khususnya Pemerintah (Presiden) mempunyai tanggung jawab dalam perlindungan, pemajuan dan pemenuhan HAM. Pemerintah juga memiliki kewajibannya berkaitan dengan pelanggaran HAM masa lalu, yang meliputi kewajiban untuk mengingat (duty to remember), kewajiban untuk menghukum setiap bentuk kejahatan pelanggaran HAM (duty to prosecute) dan kewajiban untuk menghadirkan keadilan bagi korban yang meliputi hak atas kebenaran (rights to know), hak atas keadilan (rights to justice) dan hak atas pemulihan (rights to reparation).
Rentetan fakta impunitas yang panjang, sulit menghadirkan prinsip kesamaan didepan hukum (equality before the law), disebabkan karena pelaku adalah bagian dari skema kekuasaan. Niat baik untuk menuntaskan kasus kejahatan kemanusiaan yang termasuk dalam pelanggaran berat HAM, salah satunya adalah tentang penyiksaan dibangun dengan pondasi yang rapuh.
Misalkan saja perlindungan menentang penyiksaan dalam hukum pidana masih tidak menjadi perhatian. Lahirnya undang-undang No 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM yang mengakomodir jika penyiksaan masuk dalam kategori kejahatan terhadap kemanusiaan juga mendefenisikan penyiksaan belum sejalan dengan defenisi yang telah diakui dan disepakati secara internasional. Komnas HAM sendiri sebagai lembaga atau badan independen “disandera” oleh kewenangan terbatas yang dimilikinya. Situasi tersebut menciptakan iklim impunitas yang semakin subur di Indonesia.
Momentum Hari Internasional Mendukung Korban-korban Penyiksaan tahun ini, memiliki makna penting bagi korban pelanggaran HAM khususnya terkait korban penyiksaan. Dihadapkan dengan Pemilihan Presiden  pada bulan Juli 2014 mendatang, memberikan ekspektasi Presiden terpilih mampu menuntaskan kasus pelanggaran HAM, memastikan pelaku dihukum, menyediakan media efektif bagi korban untuk mendapat reparasi dan jaminan tidak berulang. Menjadi penting karena Presiden adalah sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan yang memiliki kewenangan besar, sehingga momentum pemilihan presiden memastikan jika Presiden terpilih wajib memiliki perspektif HAM yang mendasar.
Tentu harapan korban atas presiden mendatang adalah mampu menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM dan tidak memberi ruang bagi impunitas khususnya bagi pelaku pada kasus penyiksaan. Konon lagi, ketiadaan mekanisme nasional untuk memastikan tindakan penyiksaan sebagai kejahatan dalam hukum pidana nasional menyebabkan upaya penuntasan kasus-kasus penyiksaan terkendala hingga saat ini.
Untuk itu maka SIKAP mengajukan tuntutan sebagai berikut:
1. Tolak impunitas! Usut tuntas kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia.
2. Penuhi hak-hak korban pelanggaran HAM terkait hak atas reparasi, hak atas rehabilitasi dan hak atas keadilan.
3. Segera ratifikasi OPCAT sebagai mekanisme  nasional untuk menghentikan penyiksaan di Indonesia.
Suwardi, Host Masyarakat Sipil Anti Penyiksaan (SIKAP).

referensi :
http://bitra.or.id/2012/2014/06/28/lawan-impunitas-tuntaskan-kejahatan-penyiksaan/

ANALISIS NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN




ANALISIS NOVEL
NAMA  : REZA ABDIANSYAH
KELAS : 1EA17
NPM     : 19214149

Judul                           : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Pengarang                   : Tere Liye
Penerbit                      : PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit                           : November 2011
Jumlah halaman           : 256 halaman
Warna sampul             : Hijau-coklat
Ukuran sampul            :13.5 x 20 cm
Harga novel                 : Rp.45.000
Jumlah cetakan            : 264
Kota terbit                   : Jl. Palmerah barat 29-37 Blok. 1 Jakarta
ISBN                           : 978-979-22-5780-9
No Produk                  : 40101100021
Unsur intriksik
a.       Tema     : Cinta yang dirahasiakan dan menyakitkan
b.      Gaya Bahasa:
a)      Hiperbola        : Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan pulang segera ke Jakarta (Hal. 230)
b)      Metafora         : Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
c)      Personifikasi    :Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh dihajar hujan deras, ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
d)     Personifikasi    :Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)

c.       Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama
d.      Tokoh dan Penokohan:
Tania:
·        Tekun (Mendapat beasiswa sekolah di Singapura)
·         Ramah (Disukai banyak orang)
·         Konsisten (Hanya mencintai Danar, walaupun banyak lelaki yang mencintainya)
·         Pantang menyerah (Menjalani



Dede:
·         Suka iseng
·         Pandai menyimpan rahasia (Menyimpan rahasia Perasaan Tania dan Danar)
·         Sifat polos yang kental

Ibu
·         Tekun dan tidak mengandalkan orang lain (Rajin berjualan kue, demi membiayai anak-anaknya sekolah, walaupun sudah dibantu oleh Danar)
·         Sabar (Sabar menghadapi hidupnya dan keluarganya yang miskin)

Danar :
·         Ringan tangan, suka menolong (Menolong Tania yang kakinya tertusuk paku, ketika di bis)
·         Pemendam rasa (Memendam perasaan cintanya kepada Tania, dan mengorbankan perasaannya untuk Ratna)
·         Bertanggung jawab (Mengurusi Tania dan Dede, setelah Ibu meninggal)
·         Tidak jujur atas apa yang di rasakan dalam hatinya

Ratna:
·         Tidak suka berprasangka buruk (Ketika Danar jarang pulang, Ratna tidak berprasangka buruk bahwa Danar selingkuh) dan (Tidak berprasangka buruk terhadap Tania dan Danar)
·         Tidak cemburuan (Tidak cemburu terhadap Tania dan Dede, yang selalu dekat dengan Danar)
Sabar (Sabar menunggu Danar yang jarang pulang ke rumah, setelah mereka menikah)

e.       Alur          : Pada awal cerita mundur dan pada akhir cerita campuran

f.       Latar        :
      Tempat            : Rumah Tania, Toko Buku, Asrama Tania di Singapura
Waktu             : Pagi, siang, sore dan malam
Suasana           : Hening, sedih, duka, tegang, senang, rindu
g.      Amanat    :
Ceritakanlah apa yang dirasakan hati kita walau susah dalam kenyataannya, berusahalah meyakinkan diri bahwa dengan menceritakan apa yang kita rasakan kaan melegakan dan menentramkan hati kita sendiri dengan tidak memendam perasaan.
h.      Plot           :
·         Perkenalan:
Ketika Danar menolong Tania yang tertusuk paku. Lalu Danar mengenal Tania dan Dede, adik Tania, lebih dalam, hingga Danar sering mengunjungi rumah Tania. Danar juga banyak membantu perekonomian keluarga Tania, hingga akhirnya Tania dan Dede bisa bersekolah. Tania juga mendapatkan beasiswa ke Singapura.

·   
      Pertikaian:
Ketika Danar hendak menikah dengan Ratna,pacarnya, Tania tidak mau datang ke pernikahan Danar dan Ratna. Selama beberapa tahun Tania dan Danar tidak berkomunikasi.
·         Klimaks:
Ketika Danar dan Tania bertemu di daerah rumah kardus Tania, ketika Tania miskin. Di situ, mereka mengutarakan perasaan mereka yang sebenarnya.
·         Antiklimaks:
Ketika Danar dan Tania mengetahui bahwa Ratna sudah hamil 4 bulan, dan pada akhirnya Tania menerima keadaan tersebut, dan dia tidak akan kembali ke Indonesia dan tetap berada di Singapura, agar perasaannya tidak kembali seperti kejadian ketika di Indonesia.

Unsur Ekstrinsik
Nilai Sosial :
Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa Tania.

Nilai Moral :
Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya.
Memegang janji ‘Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan buruk itu.’ (Hal. 31)

Unsur intriksik
a.       Tema     : Cinta yang dirahasiakan dan menyakitkan
b.      Gaya Bahasa:
a)      Hiperbola        : Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan pulang segera ke Jakarta (Hal. 230)
b)      Metafora         : Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
c)      Personifikasi    :Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh dihajar hujan deras, ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
d)     Personifikasi    :Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)

c.       Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama
d.      Tokoh dan Penokohan:
Tania:
·         Tekun (Mendapat beasiswa sekolah di Singapura)
·         Ramah (Disukai banyak orang)
·         Konsisten (Hanya mencintai Danar, walaupun banyak lelaki yang mencintainya)
·         Pantang menyerah (Menjalani
Dede:
·         Suka iseng
·         Pandai menyimpan rahasia (Menyimpan rahasia Perasaan Tania dan Danar)
·         Sifat polos yang kental
Ibu
·         Tekun dan tidak mengandalkan orang lain (Rajin berjualan kue, demi membiayai anak-anaknya sekolah, walaupun sudah dibantu oleh Danar)
·         Sabar (Sabar menghadapi hidupnya dan keluarganya yang miskin)

Danar :
·         Ringan tangan, suka menolong (Menolong Tania yang kakinya tertusuk paku, ketika di bis)
·         Pemendam rasa (Memendam perasaan cintanya kepada Tania, dan mengorbankan perasaannya untuk Ratna)
·         Bertanggung jawab (Mengurusi Tania dan Dede, setelah Ibu meninggal)
·         Tidak jujur atas apa yang di rasakan dalam hatinya
Ratna:
·         Tidak suka berprasangka buruk (Ketika Danar jarang pulang, Ratna tidak berprasangka buruk bahwa Danar selingkuh) dan (Tidak berprasangka buruk terhadap Tania dan Danar)
·         Tidak cemburuan (Tidak cemburu terhadap Tania dan Dede, yang selalu dekat dengan Danar)
Sabar (Sabar menunggu Danar yang jarang pulang ke rumah, setelah mereka menikah)

e.       Alur          : Pada awal cerita mundur dan pada akhir cerita campuran
f.       Latar        :
Tempat            : Rumah Tania, Toko Buku, Asrama Tania di Singapura
Waktu             : Pagi, siang, sore dan malam
Suasana           : Hening, sedih, duka, tegang, senang, rindu
g.      Amanat    :
Ceritakanlah apa yang dirasakan hati kita walau susah dalam kenyataannya, berusahalah meyakinkan diri bahwa dengan menceritakan apa yang kita rasakan kaan melegakan dan menentramkan hati kita sendiri dengan tidak memendam perasaan.
h.      Plot           :
·         Perkenalan:
Ketika Danar menolong Tania yang tertusuk paku. Lalu Danar mengenal Tania dan Dede, adik Tania, lebih dalam, hingga Danar sering mengunjungi rumah Tania. Danar juga banyak membantu perekonomian keluarga Tania, hingga akhirnya Tania dan Dede bisa bersekolah. Tania juga mendapatkan beasiswa ke Singapura.

·         Pertikaian:
Ketika Danar hendak menikah dengan Ratna,pacarnya, Tania tidak mau datang ke pernikahan Danar dan Ratna. Selama beberapa tahun Tania dan Danar tidak berkomunikasi.
·         Klimaks:
Ketika Danar dan Tania bertemu di daerah rumah kardus Tania, ketika Tania miskin. Di situ, mereka mengutarakan perasaan mereka yang sebenarnya.
·         Antiklimaks:
Ketika Danar dan Tania mengetahui bahwa Ratna sudah hamil 4 bulan, dan pada akhirnya Tania menerima keadaan tersebut, dan dia tidak akan kembali ke Indonesia dan tetap berada di Singapura, agar perasaannya tidak kembali seperti kejadian ketika di Indonesia.

Unsur Ekstrinsik
Nilai Sosial :
Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa Tania.

Nilai Moral :
Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya.
Memegang janji ‘Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan buruk itu.’ (Hal. 31)